[Review Novel] Lautan Langit

Lautan dan langit itu sama-sama luas, sama-sama tak bertepi. Keduanya tidak bisa kita ukur dengan satuan. Lautan dan langit itu sama-sama terlihat biru, padahal kita sama-sama tahu bahwa sebenarnya keduanya jernih, bening, tanpa satu warna pun ada di dalam dirinya.

Bisakah kesabaran kita seluas lautan? Bisakah hati kita sejernih langit? Kalau pun suatu saat kita melihatnya berubah warna karena terpaan sinar matahari, bisakah warna itu memberika keteduhan dan kenyamanan bagi siapa pun yang memandangnya? Sebagaimana hati kita, bisakah warna yang lahir darinya adalah warna kebaikan yang tulus, ikhlas, dan bisa dirasakan oleh hati orang lain?


Hidup kita tentu tidak lepas dari berbagai permasalahan. Maka, kita akan sama-sama meluaskan ruang penerimaan di hati kita agar senantiasa lapang. Selalu memberikan ruang untuk belajar, ruang kesabaran, ruang keikhlasan, dan ruang yang penuh dengan prasangka baik.


Luasnya hati tidak pernah bisa kita saksikan wujudnya. Setiap orang yang kita temui tengah bergelut dengan dunianya sendiri. Dunia yang tentu saja sebagaimana dunia yang kita pijak hari ini, memiliki lautan dan langit. Tempat yang luas untuk menampung segala keresahan dan ruang yang luas untuk dimaknai. Tempat itu adalah hati.


Ya, itulah pengantar atau bisa dibilang cuplikan yang cukup panjang di belakang buku dari anak kedua Masgun, Lautan Langit. Untuk buku lautan langit ini aku ikut di preorder gelombang pertama, hehe. Preorder lautan langit ini berlangsung kemaren tanggal 9 September 2015 pukul 21.00 WIB. Yang aku sungguh penasaran, kenapa serba 9 Masgun? :D


Menunggu-nunggu sesuatu yang Insya Allah pasti datang ini membuat aku merasa ga sabar bener dah, pengen cepet-cepet baca kalimat demi kalimat, cerita demi cerita dari buku lautan langit ini :D. Dan akhirnya hari jumat, 02 Oktober 2015 kemarin buku ini mendarat dengan selamat di meja kantor. Hwaaah, rasanya super bahagia..wkwkwk. Akhirnya sesuatu yang ditunggu2 datang jugaaa.



Sebuah kalimat pembuka yang membuatku tersenyum yaitu kalimat, "Tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan". Jujur saja, aku sangat suka kalimat ini. Pertama kali denger kalimat ini di suara cerita. Bagus :D. Oiya, buku ini sebenernya bukanlah novel. Buku ini berisi kumpulan cerita. Membaca buku ini tuh nano-nano banget rasanya. Kadang sebel, kadang senyum-senyum, kadang refleks bilang "ngeseliiiiiiiin" tapi sambil ketawa XD. Di buku ini Masgun membuat banyak cerita tentang hal yang menggalaukan, yaitu tentang kehidupan pernikahan. Kayanya Masgun udah pengen nikah nih, wkwkkwk. 

Tapi emang dari sekian banyak cerita, banyak cerita tentang hidup dan kehidupan, tentang bagaimana menjadi baik, tentang pemahama-pemahaman baik (yang tentu aku suka :)), tentang jodoh, tentang cinta pernikahan, tentang menikah, tentang mendatangi orang tua sang gadis, tentang...ahh ya pokoknya yang sejenisnya itu. Bagi yang jones alias jomblo happppiinessss, mungkin bakal kesel2 galau gitu, kesel tapi sambil bersemu-semu merah, *bersemu merah bayangin sang idola, dateng dari Korea buat..ah sudahlah XD.


Beberapa cerita juga ada yang sudah diangkat ke dalam soundcloud suara cerita. Beberapa juga aku sudah membacanya dari tumblr Masgun. Tapi kebanyakan cerita baru. Aaah aku ga pandai membuat review :D. Yang jelas, Masgun sukses dalam merangkai kata-kata yang enak diterima. Seringkali aku mencatut cerita-cerita dari buku yang aku baca ke blog ini, mungkin besok-besok di saat aku lagi memiliki waktu yang lebih luang :p. Insya allah :))


Selamat atas anak keduanya ini Masgun, sukses terus :D. Bukunya berhasil membuat galauuuu bagi aku yang makin sering diteror dengan pertanyaan "kapan nikah" ini XD. Semoga akan lahir anak-anak berikutnya, dan semoga cepet nikah juga ya Masgun, aamiin :D


Beberapa isi cerita yang aku tulis di blog, sebagai berikut : 

Baca juga buku pertama Masgun : Hujan Matahari

Comments