Makna Pencarian

Pernah mengalaminya? Sama seperti saat kita sedang kebingungan mencari jam tangan yang kita lupa meletakkannya dimana, misalnya. Kemudian kita mencari ke seluruh penjuru rumah. Bahkan sudah kita bongkar tas-tas, laci meja, dan isi kamar, tetap saja tidak menemukannya. 

Lalu setelah proses panjang itu, saat kita meluruskan kaki, eeeh tiba-tiba saja jam tangan itu ada di atas bantal! Pencarian itu, tiga puluh persen usaha, tujuh puluh persen kehendakNya untuk mempertemukan.


Aku pernah mencari, kemudian hilang arah karena aku tak tahu langkah mana yang kutuju. Hanya terus melaju tanpa tahu sebenarnya apa yang menjadi alasanku.

Aku pernah mencari, tapi berkali-kali berujung dengan lengan-lengan yang memeluk diriku sendiri. Mendadak semuanya bagai sepi yang diam-diam menenggelamkan. Satu persatu pergi, dan aku mulai sadar bahwa mungkin aku sedang diuji dengan orang-orang yang tampak akan tinggal selamanya, tapi ternyata meninggalkan.

Aku pernah mencari, berlari pada semua yang terlihat baik. Kemudia sesal mendadak memenuhi ruang, seperti udara. Aku melupa, bahwa yang terlihat sempurna belum tentu dapat menerima kita. Aku terlalu banyak melewatkan. Lalu aku harus bagaimana?

Aku mengambil jeda. Mungkin selama ini,aku hanya terlalu sibuk bertanya pada matahari bulan bintang, pada cerminan laut lepas, pada teduhnya awan, pada birunya langit yang tak pernah membuatku sakit, pada pijar lampu di larut malam, pada keramaian kota, pada derap sepatu yang tak henti beradu, tapi aku tak pernah bertanya pada penciptanya.

Aku mengambil jeda. Karena kurasa aku sudah dipenuhi ambisi yang membuatku berjalan dengan terburu-buru. Mungkin selama ini aku terlalu fokus pada diriku sendiri, bukan pada apa yang sebenarnya kucari.

Aku mengambil jeda. Selama ini aku lupa, bahwa ada yang lebih berkuasa atas penemuan. Bahwa ada yang kehendaknya tak dapat dipatahkan. Bahwa jika kita melibatkanNya, kita akan jauh lebih tenang.

Dan akhirnya aku berani mempertanyakan, baiknya apa yang kucari, Tuhan? Bagaimana seharusnya aku melangkah, Tuhan?

Rupanya kamu tidak kemana-mana, justru aku yang begitu. Rupanya kamu tidak pergi jauh, justru aku yang berputar-putar di tempat yang salah. Rupanya rumusnya demikian, ketika aku mencarimu langsung pada Yang Menciptakanmu, aku dapat menemuimu.

Aku pernah mencari, kemudian berhenti.
Padamu.


* * * * *
Dari buku "Menentukan Arah" (hal. : 39 - 40)
Karya : Kurniawan Gunadi & Aji Nur Afifatul Hasna

Comments