Sepakat
Kita semacam sepakat untuk menyimpan perasaan kita terlebih dahulu tanpa harus membuat kesepakatan. Karena kita tahu dan sama-sama tahu bahwa kita perlu menjaga diri sendiri dalam waktu yang sifatnya berbatas.
Mengapa berbatas? Karena kita tahu bahwa semua ini akan ada akhirnya. Apalah arti satu hari, satu minggu, satu bulan, bila kesabaran itu akan menghadiahi kita kejutan yang tidak terduga. Bahwa kesabaran itu akan memberikan kita kebahagiaan yang lebih panjang usianya. Karena kita tahu, bahwa seperti ini tidak selamanya.
Kita sedang diuji. Diuji dengan sesuatu yang mungkin sedang kita hindari, mungkin juga sesuatu yang paling kita inginkan. Kita diuji tentang sesuatu yang mungkin kita belum siap, padahal urusan kesiapan itu tidak pernah bisa dilihat oleh manusia. Karena kesiapan adalah sebuah pemberian, pemberian dari Tuhan. Bukankah selama ini kita diminta untuk berdoa guna meneguhkan hati? Dan urusan hati itu benar-benar urusan-Nya.
Kita semacam sepakat untuk tidak membicarakan ini secara terang-terangan. Karena kita mengerti, bahwa akan ada waktunya bagi kita untuk berbicara. Duduk bersama dengan kedua orang tua, mengutarakan sesuatu yang selama ini kita terka. Kita tidak sedang menunggu siapa yang memulai, karena itu tugasku.
Mari berdoa, semoga Allah melembutkan hati orang-orang terdekat kita. Semoga Allah memberikan keluasan hati pada diri kita untuk menerima segala bentuk kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Karena, masing-masing dari kita dalah ujian. Ujian yang bila kita mampu melewatinya dengan baik, kita akan selamat. Selamat setengah agama kita yang masih kita simpan.
(c) KurniawanGunadi
(c) SuaraCerita
Mengapa berbatas? Karena kita tahu bahwa semua ini akan ada akhirnya. Apalah arti satu hari, satu minggu, satu bulan, bila kesabaran itu akan menghadiahi kita kejutan yang tidak terduga. Bahwa kesabaran itu akan memberikan kita kebahagiaan yang lebih panjang usianya. Karena kita tahu, bahwa seperti ini tidak selamanya.
Kita sedang diuji. Diuji dengan sesuatu yang mungkin sedang kita hindari, mungkin juga sesuatu yang paling kita inginkan. Kita diuji tentang sesuatu yang mungkin kita belum siap, padahal urusan kesiapan itu tidak pernah bisa dilihat oleh manusia. Karena kesiapan adalah sebuah pemberian, pemberian dari Tuhan. Bukankah selama ini kita diminta untuk berdoa guna meneguhkan hati? Dan urusan hati itu benar-benar urusan-Nya.
Kita semacam sepakat untuk tidak membicarakan ini secara terang-terangan. Karena kita mengerti, bahwa akan ada waktunya bagi kita untuk berbicara. Duduk bersama dengan kedua orang tua, mengutarakan sesuatu yang selama ini kita terka. Kita tidak sedang menunggu siapa yang memulai, karena itu tugasku.
Mari berdoa, semoga Allah melembutkan hati orang-orang terdekat kita. Semoga Allah memberikan keluasan hati pada diri kita untuk menerima segala bentuk kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Karena, masing-masing dari kita dalah ujian. Ujian yang bila kita mampu melewatinya dengan baik, kita akan selamat. Selamat setengah agama kita yang masih kita simpan.
(c) KurniawanGunadi
(c) SuaraCerita
Comments
Post a Comment