[Hujan Matahari] Sepi
Setiap manusia adalah kekosongan, mereka saling mengisi satu sama lain. Sekalipun seseorang terlihat ceria dan berparas cerah di kala bersama, tidak seorang pun tahu bagaimana dirinya saat sendiri, mengalami kesendirian.
Di waktu dia sendirian duduk di dalam kamar, sendiri sewaktu menunggu bus yang tak kunjung datang, sendiri waktu malam hari yang sepi, sendiri waktu berada di tengah keramaian.
Setiap orang adalah kesepian. Menutupi kesepiannya dengan berjumpa teman dekat serta kerabat. Kesepian yang tidak bisa hilang di kala malam datang, di kala waktu sendiri datang. Manusia selalu mencari cara untuk membunuh kesepian. Entah dengan bercanda atau berbicara di dunia maya.
Tulisan adalah kata-kata kesepian. Suara yang tidak keluar dan didengar siapapun. Berbicara dengan diri sendiri atau mungkin mendengarkan diri sendiri. Kesepian adalah keniscayaan.
Ketika lahir seorang diri, mati pun seorang diri. Sama-sama hidup di alam yang gelap seorang diri. Kesepian ketika orang-orang dekat pergi, ketika waktu kebersamaan telah habis, dan ketika matahari tenggelam setiap hari.
Orang yang terbiasa dengan sepi akan jatuh cinta pada kesepian. Menyukai watu-waktu tidak diganggu orang, menyukai perasaannya yang menjadi sendu, dan kesepian itu pun menjadi candu. Agak mengherankan memang ketika seseorang begitu menikmati kesepian.
Laki-laki yang terlihat begitu gagah pun sejatinya adalah makhluk yang kesepian. Perempuan setegar apa pun, juga makhluk yang kesepian. Kesepian yang hidup di dalam hatinya, kekosongan yang tidak kunjung terisi.
Aku bertanya pada orang yang berlalu lalang, "Dengan apa mengisi kosong? Dengan apa membunuh sepi?"
Orang-orang pun menjawab, "Dengan orang lain."
Aku menjawab, "Aku tidak suka orang lain masuk ke dalam hidupku."
Mereka menjawab lagi, "Jika begitu, jadikan dia tidak lagi sebagai orang lain dalam hidupmu."
HUJAN MATAHARI, karya Kurniawan Gunadi.
Di waktu dia sendirian duduk di dalam kamar, sendiri sewaktu menunggu bus yang tak kunjung datang, sendiri waktu malam hari yang sepi, sendiri waktu berada di tengah keramaian.
Setiap orang adalah kesepian. Menutupi kesepiannya dengan berjumpa teman dekat serta kerabat. Kesepian yang tidak bisa hilang di kala malam datang, di kala waktu sendiri datang. Manusia selalu mencari cara untuk membunuh kesepian. Entah dengan bercanda atau berbicara di dunia maya.
Tulisan adalah kata-kata kesepian. Suara yang tidak keluar dan didengar siapapun. Berbicara dengan diri sendiri atau mungkin mendengarkan diri sendiri. Kesepian adalah keniscayaan.
Ketika lahir seorang diri, mati pun seorang diri. Sama-sama hidup di alam yang gelap seorang diri. Kesepian ketika orang-orang dekat pergi, ketika waktu kebersamaan telah habis, dan ketika matahari tenggelam setiap hari.
Orang yang terbiasa dengan sepi akan jatuh cinta pada kesepian. Menyukai watu-waktu tidak diganggu orang, menyukai perasaannya yang menjadi sendu, dan kesepian itu pun menjadi candu. Agak mengherankan memang ketika seseorang begitu menikmati kesepian.
Laki-laki yang terlihat begitu gagah pun sejatinya adalah makhluk yang kesepian. Perempuan setegar apa pun, juga makhluk yang kesepian. Kesepian yang hidup di dalam hatinya, kekosongan yang tidak kunjung terisi.
Aku bertanya pada orang yang berlalu lalang, "Dengan apa mengisi kosong? Dengan apa membunuh sepi?"
Orang-orang pun menjawab, "Dengan orang lain."
Aku menjawab, "Aku tidak suka orang lain masuk ke dalam hidupku."
Mereka menjawab lagi, "Jika begitu, jadikan dia tidak lagi sebagai orang lain dalam hidupmu."
***
Salah satu judul di buku yang baru aja sampai di tanganku. Buku pertama selain karya Tere Liye yang aku beli :)). HUJAN MATAHARI, karya Kurniawan Gunadi.
Comments
Post a Comment