[Sunset Bersama Rosie] Lebih Baik Dicintai atau Mencintai?
happy with you.... |
Sepenggal percakapan cerita dari novel "Sunset Bersama Rosie" karya Tere Liye. Sebuah dilematik hidup memang, jika seorang wanita dihadapkan dalam situasi seperti itu. Di novel tersebut, ada seorang wanita bernama Sekar. Dia sangat mencintai Tegar. Bahkan mereka sudah merencanakan pernikahan. Tetapi, Tegar masih menyimpan cinta yang sangat besar kepada wanita teman masa kecilnya. Wanita itu bernama Rosie. Rosie dan Tegar sudah berteman dari kecil. Mereka kuliah di tempat yang sama di Bandung.
Tegar mencintai Rosie sepenuhnya, tetapi dia tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya. Dia hanya pendam sendiri perasaannya, tanpa ada yang tahu. Lalu pada saat kuliah di Bandung, mereka berdua mempunyai teman bernama Nathan. Akhirnya mereka bertiga bersahabat. Dan pada suatu saat, mereka pergi hiking bersama. Tegar sudah berencana akan mengungkapkan isi hatinya kepada Rosie di puncak gunung nanti saat mereka tiba di puncak. Sambil melihat sunset kesukaan Rosie, moment ini seharusnya akan menjadi moment yang sempurna.
"Rosie, aku mencintaimu. Aku tidak pernah mengerti perasaan itu, tetapi aku mencintaimu sejak kau masih berkepang dua. Sejak kita masih cemong air sawah. Mengejar capung. Menangkapi kodok hijau meski kau jijik sekali."
"Aku tidak tahu apa perasaan itu, Ros. Yang aku tahu aku selalu merasa senang bersamamu. Merasa tentram dari semua galau. Merasa damai dari semua senyap. Aku merasa kau membuatku setiap hari lebih baik. Menumbuhkan semangat, memberi energi."
Sebuah pengakuan yang indah, walaupun belum sempat tersampaikan. Tapi apa mau dikata, tak disangka Nathan terlebih dahulu mengungkapkan perasaannya. Rosie dan Nathan sampai ke puncak terlebih dahulu. Karena Tegar mampir ke sumber air untuk mengisi botol minum.
"Aku tahu ini terlalu cepat, Ros. Kau mungkin tidak nyaman. Kau mungkin berpikir aku berlebihan. Berpikir aku hanya menuruti emosi sesaat. Aku tahu kita baru berkenalan dua bulan. Kebersamaan yang singkat. Tetapi aku tidak tahu, aku tidak tahan lagi untuk tidak bilang." Nathan tersenyum, menatap Rosie penuh perasaan. Sayangnya pembicaraan ini nyata. Tegar dengan perasaan sesak sekali mendengar dari belakang punggung mereka.
"Aku tidak tahu kapan perasaan ini datang, Ros. Mungkin sejak kita dikenalkan satu sama lain oleh Tegar, mungkin saat itu aku sudah terpesona padamu. Mungkin juga dari pertemuan-pertemuan ganjil itu," Nathan tertawa sejenak, "Kita selalu bertengkar untuk urusan sepele setiap kali bertemu, bukan?"
Rosie ikut tertawa.
"Aku tidak mengharapkan jawaban apa pun darimu. Tidak, aku tidak mengharapkan jawaban apa pun. Aku menginginkanmu. Itu benar. Aku teramat menginginkanmu. Maksudku dalam artian positif. Menginginkanmu menjadi teman hidup. Melalui hari demi hari bersama-sama. Menjejak sudut-sudut kebahagiaan dan mungkin juga pahit-getir kehidupan. Tapi aku mengharapkanmu, aku bersiap melepas semua perasaan ini kalau kau sebaliknya ternyata tidak menginginkannya, melupakannya meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya, mungkin tidak akan pernah bisa. Ros, kau berhak memutuskan apa yang akan kau tentukan senja ini. Tentu saja, maksudku, eh, menentukan nasibku." Nathan tersenyum kikuk. Rosie malu-malu tertunduk.
"Aku........Aku mencintaimu, Ros." Nathan berkata pelan.
Tegar mendekap telinga. Matahari sempurna tenggelam di ufuk sana. Matahari di hati Tegar pun sempurna tenggelam saat melihat Rosie tersenyum di remang puncak Gunung Rinjani mendengar pernyataan itu.
Ya, Tegar yang sudah mencinta Rosie selama 20 tahun terakhir, kalah oleh Nathan yang baru mencintai Rosie selama 2 bulan perkenalannya. Selanjutnya, tahun demi tahun, walaupun bisa bertahan. Mempunyai posisi bagus di sebuah perusahaan. Mempunya calon pendamping yang cantik bernama Sekar. Semuanya terasa kosong belaka. Rosie menikah dengan Nathan. Mempunyai anak-anak yang lucu. Hingga suatu kecelakaan terjadi. Merenggut nyawa Nathan. Tegar pun memilih untuk menemani Rosie. Mengurus anak-anak Rosie. Dan dia meninggalkan semuanya. Karena memang, rasa cinta untuk Rosie terlalu besar. Rasa cinta itu mengungkung hidupnya. Selamanya.
status tere liye, 14 oktober 2014 |
Dan di atas itu adalah status bang tere yang beberapa kali repost. Dulu aku ada baca yang kata-katanya lebih dari itu, "Bagi wanita jauh lebih baik menikah dengan laki-laki yang mencintainya dibanding dengan laki-laki yang dicintai tetapi dia mencintai wanita lain."
Dan di novel "Sunset Bersama Rosie", Sekar pun berkata "Bagi kami jauh lebih baik menikah dengan orang yang mencintai, bukan dengan orang yang dicintai."
Semoga deh kita menikah dengan orang yang dicintai dan mencintai kita..aamiiin ^-^
Comments
Post a Comment