Seperti Rokok, Garam Bisa Bikin Kecanduan
Tak jarang orang yang sulit menghentikan kebiasaan mengonsumsi makanan asin yang kerap kali membuat ketagihan. Mengapa makanan asin bisa bikin kecanduan?
Dikutip dari Daily Mail, para peneliti mengklaim bahwa gram mengandung zat adiktif yang sama seperti rokok atau obat-obatan keras. Zat ini memicu gen yang sama, sel-sel pada otak serta koneksi otak.
Beberapa peneliti dari Australia dan Amerika melakukan penelitian dengan tikus sebagai objek percobaan. Tikus-tikus tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama tidak mengonsumsi garam sedangkan kelompok lainnya, diberikan asupan garam.
Kemudian para peneliti membandingkan aktivitas otak tikus yang memakan garam dan yang tidak. Selain itu para peneliti juga mempelajari otak tikus yang terus menginginkan garam selama tiga hari dan kemudian diberi air asin untuk diminum. Hasilnya, ketika tikus-tikus tersebut membutuhkan garam, sel-sel otak menjadikan kondisi protein sama saat seseorang kecanduan zat seperti heroin, kokain dan nikotin.
"Dalam studi ini kami menemukan bahwa hal ini merupakan naluri yang biasa. Rasa lapar akan garam membuat organisasi saraf kecanduan seperti kecanduan pada kokain," ujar Professor Derek Denton dari University of Melbourne.
Menurut Dr Kessler, seperti yang dikutip dari NYTimes, "makanan yang asin dan berlemak merangsang otak untuk melepaskan dopamin yaitu suatu neurotransmitter yang berkaitan dengan pusat kesenangan."
Jika rasa ketagihan ini terus menerus muncul maka bisa memicu terjadinya obesitas, diabetes dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Penyakit-penyakit tersebut diketahui bisa menimbulkan berbagai macam komplikasi.
Untuk itu masyarakat diharapkan mulai mengurangi asupan garam secara bertahap, misalnya dengan menghindari makan di depan televisi yang membuat seseorang menjadi overeating dan mengurangi stres.
Dikutip dari Daily Mail, para peneliti mengklaim bahwa gram mengandung zat adiktif yang sama seperti rokok atau obat-obatan keras. Zat ini memicu gen yang sama, sel-sel pada otak serta koneksi otak.
Beberapa peneliti dari Australia dan Amerika melakukan penelitian dengan tikus sebagai objek percobaan. Tikus-tikus tersebut dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama tidak mengonsumsi garam sedangkan kelompok lainnya, diberikan asupan garam.
Kemudian para peneliti membandingkan aktivitas otak tikus yang memakan garam dan yang tidak. Selain itu para peneliti juga mempelajari otak tikus yang terus menginginkan garam selama tiga hari dan kemudian diberi air asin untuk diminum. Hasilnya, ketika tikus-tikus tersebut membutuhkan garam, sel-sel otak menjadikan kondisi protein sama saat seseorang kecanduan zat seperti heroin, kokain dan nikotin.
"Dalam studi ini kami menemukan bahwa hal ini merupakan naluri yang biasa. Rasa lapar akan garam membuat organisasi saraf kecanduan seperti kecanduan pada kokain," ujar Professor Derek Denton dari University of Melbourne.
Menurut Dr Kessler, seperti yang dikutip dari NYTimes, "makanan yang asin dan berlemak merangsang otak untuk melepaskan dopamin yaitu suatu neurotransmitter yang berkaitan dengan pusat kesenangan."
Jika rasa ketagihan ini terus menerus muncul maka bisa memicu terjadinya obesitas, diabetes dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Penyakit-penyakit tersebut diketahui bisa menimbulkan berbagai macam komplikasi.
Untuk itu masyarakat diharapkan mulai mengurangi asupan garam secara bertahap, misalnya dengan menghindari makan di depan televisi yang membuat seseorang menjadi overeating dan mengurangi stres.
Comments
Post a Comment